Rabu, 27 Maret 2013

Meresensi Buku Pengetahuan dan Implementasinya


Meresensi berarti mengulas atau menilai kekurangan dan kelebihan sebuah buku. Untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Beberapa langkah umum dalam membuat resensi buku. Di antaranya :
1      Memilih jenis buku.
2      Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak
3      Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut : Judul Karya Resensi-Judul Buku : Penulis : Penerbit : Tahun Terbit : Tebal Buku : Cetakan; Harga jika diperlukan
Tahap-tahap pengerjaan:
1      Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku.
2      Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal :
·         Informasi awal buku (seperti formati di atas)
·         Tentukan judul yang menarik dan provokatif
·         Membuat ulasan singkat buku. Deskripsi garis besar buku
·         Memberikan penilaian buku (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku
·         Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
·         Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca
·         Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
.
.Contoh Resensi ;
Perjalanan SRI Sultan Hamengkubuwono IX
Sumber: Kompas, 18 Juni 2011
Judul Buku: Hamangkubuwono IX
Peresensi: Romel Masykuri
Penulis: K. Tino
Penerbit: Navila Idea
Cetakan: I, 2011
Tebal: 198 Halaman

Buku ini mencoba menelusuri semua misteri dan desah-desus itu, mulai dari pengumpulan data-data yang membuktikan tidaknya Hamangkubuwono IX sebagai agen resmi CIA. Kita akan terperangah dengan penemuan-penemuan yang ada di dalamnya. Satu titik sejarah negeri ini akan terurai dengan gamplang.
Pada bagian pertama buku ini menceritkan tentang masa muda Hamangkubuwono IX dan posisi penting yang di lakukan oleh Hamangkubuwono di masa awal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). SRI Sultan Hamangkubuwono IX lahir di Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912 dan meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Ia adalah seorang raja yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur DIY. Tahun 1973-1978 ia pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia, lebih dari itu ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Pada saat kondisi Ibu Kota Jakarta sedang tidak aman dan penuh konflik, maka sultan HB IX meminta agar Sukarno-Hatta dan seluruh pemimpin Republik pindah ke Yogyakarta, dengan pertimbangan Belanda lewat NICA sudah membonceng Sekutu dan akan menjadikan Jakarta sebagai pusat pertempuran. Dan memang betul prediksi dan nalar pemikiran HB IX tidak meleset, garis Jakarta-Bandung merupakan pusat kekuatan militer NICA, apalagi di Jakarta ada Batalyon X yang terkenal kejam. Akhirya, tanggal 3 Januari 1946 diambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta. Saking baiknya Sultan demi pengorbanan bagi ibu pertiwi, seluruh pembiayaan para  Penggede RI ditanggung sepenuhnya oleh pihak kesultanan. Sungguh pemimpin arif nan bijaksana.
Kemerosotan ekonomi Indonesia tersebut disebabkan pengelolaan ekonomi yang kurang berhasil, seperti tidak ada kemantapan hasil ekspor dan adanya fluktuasi harga di pasaran bagi bahan mentah Indonesia serta seretnya pemasukan pajak. Selain itu, Indonesia harus membayar utang luar negeri sebesar 2,6 miliyar doalr Amerika (termasuk utang warisan Belanda dari tahun 1896-1949). Disinilah peran Sultan HB IX berperan pada saat Indonesia berada dalam ke krisisisan. Sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) Kabinet Ampera, Sultan HB IX telah meletakkan rumusan dasar bagi program rehabilitasi dan stabilitasi Orde Baru dalam bidang ekonomi, moneter dan infrastruktur..
Singkat kata, buku ini telah berhasil menberikan fakta-fakta sejarah langka tentang peran penting Sri Sultan Hamangkubuwono IX dalam pemerintahan Indonesia masa awal kemerdekaan, Orde Lama dan Orde Baru, baik perannya di wilayah ekonomi, politik dan kemasyarakatan.
Menang bukanlah segalanya, yang terpenting adalah usaha untuk menang . Zig Ziglar, Motivator

Tidak ada komentar:

Posting Komentar