A.
Ringkasan
Materi
1.
Menggunakan Kata
Berdasarkan Jenis Maknanya
Makna
Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau
didasarkan atas konvensi tertentu; sifatnya objektif.
Makna konotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok
kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan
pada pembicara (penulis) atau pendengar (pembaca)
Perbedaan makna denotasi dan konotasi didasarkan pada ada
atau tidaknya “nilai rasa” (Slametmulyana, 1964) pada sebuah kata. Setiap kata,
terutama yang disebut kata penuh, mempunyai makna denotasi, tetapi tidak setiap
kata itu mempunyai makna konotasi. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotasi
apabila kata itu mempunyai nilai rasa baik positif atau buruk negatif. Jika
tidak memiliki nilai rasa maka dapat dikatakan tidak memiliki nilai rasa atau
disebut berkonotasi netral.
Ada banyak kata yang mempunyai makna sama, seperti kata mati,
meninggal, wafat, tewas, gugur, dan mangkat. Namun, kata-kata tersebut
mempunyai konotasi yang berbeda-beda bagi pendengarnya. Keenam kata tersebut
sama-sama berarti “mati”, tetapi terasa lain pada telinga pendengar bila kata
itu diucapkan.
2.
Menggunakan Kata
yang Mengalami Perubahan Makna
1)
Perubahan makna
meluas
Perubahan
makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai faktor menjadi memiliki
makna-makna lain. Contoh, kata saudara pada mulanya hanya bermakna ‘seperut’
atau ‘sekandungan’, kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang
memiliki sepertalian darah’, selanjutnya siapapun yang masih mempunyai kesamaan
asal-usul disebut saudara. Kini, siapapun disebut saudara.
2)
Perubahan makna
penyempit
Perubahan
makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada
sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang yang pada mulanya berarti ‘orang
pandai’ atau ‘cendekiawan’, kemudian hanya berarti ‘orang yang lulus dari
perguruan tinggi’, seperti pada sarjana hukum, sarjana ekonomi. Begitu juga
dengan kata pendeta, awalnya bermakna orang yang berilmu, kemudian menyempit
maknanya hanya berarti ‘guru agama kristen’.
78
3)
Perubahan makna
pertukaran anggapan (Ameliorasi, Peyorasi)
Setiap
unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna
leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan
di dalam masyarakat, maka banyak kata menjadi memiliki nilai rasa yang
‘rendah’, atau kurang menyenangkan. Di samping itu, ada juga yang memiliki
nilai rasa yang ‘tinggi’, atau mengenakkan. Kata-kata yang nilai merosot lebih
rendah ini disebut peyorasi, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi
disebut ameliorasi. Kata bini dewasa ini dianggap peyorasi, sedangkan kata istri dianggap amelioratif.
Kata laki dianggap peyorasi, sedangkan kata suami dianggap ameliorasi.
4)
Perubahan makna
pertukaran tanggapan indra (Sinestesia)
Masing-masing
indera kita yang lima mempunyai tugas untuk menangkap gejala-gejala yang
terjadi di alam ini. Rasa manis, umpamanya ditanggap oleh alat perasa lidah.
Namun, dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara
indera yang satu dengan indera yang lain.
Rasa manis
yang seharusnya dianggap dengan alat indera perasa lidah, tertukar menjadi
ditanggap oleh alat indera penglihatan seperti tampak dalam ucapan wajahnya
sangat manis.
3.
Menggunakan Kata Berdasarkan
Hubungan Maknanya
Di dalam bahasa sering kita temui adanya hubungan
kemaknaan antara sebuah kata dengan kata lainnya lagi. Hubungan tersebut dapat
berupa kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kelainan makna
(homonimi), kecakupan makna (hiponimi, hipernimi), kegandaan makna (polisemi,
dan ambiguitas), kelebihan makna (redudansi).
1)
Sinonimi
Sinonimi
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Secara harfiah
kata sinonim berarti ‘ nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara
semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata,
frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain. Contohnya kata bunga, kembang, dan puspa
adalah kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Kalau kata
bunga bersinonim dengan kata kembang,
maka kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga.
2)
Antonimi
Antonimi
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang
artinya ‘melawan’. Maka, secara harfiah kata antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’. Secara
semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata,
frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Misalnya, kata bagus adalah berantonim dengan kata buruk; kata besar adalah
berntonimi dengan kata kecil; kata membeli berantonimi dengan kata menjual.
Hubungan
makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. Kalau kata bagus
berantonim dengan kata buruk, maka kata buruk juga berntonim dengan kata bagus.
3)
Homonimi
Kata
homonimi berasal dari kata Yunani kuno ononama yang artinya ‘nama’ dan homo
yang artinya ‘sama’. Secara harfiah homonimi artinya sebagai ‘nama sama untuk
benda atau hal lain’. Secara semantik, Verhaar (1978), homonimi sebagai
ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi meknanya tidak sama dengan
ungkapan lain yang juga (berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya
tidak sama. Contoh, antara kata bandar yang berarti ‘pelabuhan’ dengan bandar
yang berarti ‘parit’ dan bandar yang berarti ‘pemegang uang dalam perjudian’
inilah yang disebut homonim. Kata bandar yang pertama berhomonim dengan kata
bandar yang kedua dan ketiga. Begitu pula sebaliknya karena hubungan homonimi
bersifat dua arah.
4)
Hiponimi,
Hipernimi
Kata
hiponimi berasal berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti
‘nama’ dan hypo berarti ‘di bawah’. Secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk
di bawah nama lain’. Secara semantik Verhaar (1978:137) menyatakan hiponim
ialah ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Contoh, kata bandeng adalah
hiponim terhadap kata ikan sebab makna bandeng berada atau termasuk dalam makna
kata ikan. Selain itu, termasuk juga tenggiri, tongkol, mujair, dan sebagainya.
Hubungan antara dua buah kata yang berhiponim ini searah. Kata bandeng
berhiponim terhadap kata ikan; tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata
bandeng, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Hubungan antara ikan
dengan bandeng (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Kalau bandeng
berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap bandeng.
5)
Polisemi
Polisemi
diartikan sebagai satuan bahasa (berupa kata, atau frase) yang memiliki makna
lebih dari satu. Contoh, kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1)
bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada menusia dan hewan; (2)
bagian dari suatu yang terletak di seatau depan dan merupakan hal yang penting
atau terutama seperti pada kepala surat, kepala kereta api; (3) bagian dari
suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dam kepala
jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor,
kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti dalam kalimat setiap kepala
menerima bantuan Rp10.000,00; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, Badannya
besar tetapi kepalanya kosong.
Dengan
demikian, kata kepala setidaknya mengacu kepada enam buah konsep/makna.
4.
Menggunakan
Peribahasa
Peribahasa diumpamakan suatu hiasan atau bunga dalam
kata-kata. Dengan peribahasa dapat digambarkan suatu maksud dengan tepat.
Perkataan biasa akan berpanjang-panjang uraiannya baru sampai kepada yang
dimaksud. Dengan peribahasa orang tidak perlu berkata terus terang menyatakan
apa yang terasa dihatinya, yag ada kalanya dapat melukai atau menyakiti hati
orang yang dimaksud, tetapi apa yang dituju tepat mengenai sasarannya. Jadi,
dengan sebuah peribahasa dapat dihindari perkataan-perkataan kasar dan tajam
jika akan menyalahkan perbuatan seseorang. Selain itu pula beribahasa dapat
digunakan untuk tujuan memuji atau memberi nasihat. Pujian dan nasihat akan
lebih memberi hasil jika menggunakan peribahasa daripada berterus terang.
5.
Menggunakan Gaya
Bahasa/Majas
Dinginnya udara masih terasa menggigit kulit.
Dalam kalimat tersebut udara diumpamakan bagai makhluk
hidup yang datang menggigil. Dengan bengibaratan itu muncul imajinasipada benak
kita. Pengibaratan seperti itu merupakan upaya penulis dalam mengolah bahasa
agar memiliki kekuatan imajinatif. Pengolahan seperti itulah yang disebut
majas.
Ada tiga
majas yang sering kita gunakan
- majas perbandingan
a. metafora;
Dewi malam
keluar dari balik awan.
b. personifikasi;
Angin
membelai gadis yang menunggu taman itu.
c. perumpamaan;
Wajahnya
pucat bagai mayat
- majas pertentangan
a. ironi;
Wajahnya
sangat tampan hampir setiap orang takut melihat
wajahnya.
b. hiperbola;
Suaranya
menggelegar membelah angkasa
c. litotes; S
ilakan
mampir ke gubuk saya kalau tidak keberatan.
- majas pertautan
a. metonimia;
Ia pergi
ke Bali naik Garuda
b. sinekdoke;
Sudah lama
saya tidak melihat batang hidungnya.
c. eufimisme;
Mobil itu
membawa peserta tunadaksa
6.
Menggunakan
Imbuhan
Imbuhan merupakan bentuk morfem terikat yang bermakna
setelah bergabung dengan kata dasar. Imbuhan terdiri atas imbuhan asing dan
imbuhan asli Indonesia.
Imbuhan asing merupakan imbuhan yang diserap dari bahasa
asing (misalnya bahasa Sanskerta, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris).
79
Berikut adalah contoh imbuhan asing.
- Awalan :
a-, dwi-, in-, intra-, kontra-, non-, pra-, dan lain-lain.
Contoh kata :
amoral, dwitunggal, indisipliner,
intrakurikuler, kontrarevolusi,
nonaktif,
prasejarah
- Akhiran :
-is, -isme, -isasi, -i/-wi, -iah, -man,
-wan, -wati, -itas, -or, dan
sebagainya
Contoh kata : egois, komunisme, globalisasi,
badani, ilmiah,
hartawan,
peragawati, diktator.
Adapun yang tergolong imbuhan asli Indonesia diantaranya
berikut.
- Awalan : ber-, ter-, di-, me-, se-, pe-,
ke-,
dan sebagainya
Contoh kata : berjalan, terkejut, dimakan,
menunggu,
pelajar.
- Sisipan : -er-, -em-, -el-
Contoh kata : gerigi, gemetar.
- Akhiran : -i, -kan, -an
Contoh kata : tulisi, tumbuhkan, mainan
- Gabungan awalan
dan akhiran: di-kan, me-kan, di-i, di-kan, diper-i, diper-kan
Contoh kata :
didirikan, melaksanakan, disantuni, ditunjukkan,
diperbaiki,
diperjualbelikan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa tentang penggunaan
imbuhan meliputi bentuk, fungsi, dan makna dalam konteks kalimat atau paragraf.
7.
Menggunakan
Berbagai Bentuk Kata
Bentuk kata meliputi kata berimbuhan, kata ulang, dan
kata gabung atau kata majemuk. Kata ulang adalah proses pengulangan bentuk
dasar. Ada beberapa macam bentuk kata ulang yaitu kata ulang seluruhnya, kata
ulang sebagian, kata ulang berubah bunyi atau kata ulang bervariasi fone.
Masing-masing perulangan kata tersebut memiliki makna. Penentu makna perulangan
sangat ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat.
Contoh kata ulang: rumah-rumah, berlari-lari,
buah-buahan, berkejar-kejaran, menari-nari, lauk-pauk, dan pepohonan.
Kata gabung atau kata majemuk merupakan bentuk kata yang
dihasilkan dari penggabungan dua atau beberapa kata yang menimbulkan makna baru
terlepas dari makna asalnya. Kata rumah sakit misalnya, terbentuk dari kata
rumah dan sakit. Rumah maknanya tempat tinggal, sakit dimaknai tidak sehat.
Ketika kedua kata tersebut bergabung tidak dimaknai rumah yang tidak sehat,
melainkan tempat untuk berobat bagi orang yang menderita suatu penyakit.
Contoh kata majemuk: rumah makan, kereta api cepat,
saputangan, olahraga, duta besar, dan surat kabar.
8.
Memahami Jenis
Kata
Jenis kata atau biasa disebut kelas kata meliputi kata
tugas, kata ganti, kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan. Termasuk
dalam kata tugas adalah kata depan dan kata sambung atau kata penghubung.
Berikut ini uraian singkat mengenai kelas kata yang dimaksud.
80
1)
Kata depan
(preposisi)
Kata depan merupakan kata yang
bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat.
Berikut contoh kata depan dan fungsinya:
-
dari → menandai
hubungan asal, arah dari suatu tempat atau milik
-
dengan → menandai hubungan
kesertaan atau cara
-
di → menandai tempat hubungan berada
-
ke → menandai hubungan arah menuju suatu tempat
-
oleh → menandai hubungan pelaku atau
yang dianggap pelaku
-
pada → menandai hubungan tempat atau
waktu
-
sejak → menandai hubungan waktu dari saat
yang satu ke saat yang lain
-
bagi, untuk,
buat, dan guna → menandai hubungan
peruntukan
-
karena, sebab → menandai hubungan sebab (penyebaban)
2)
Kata sambung
(konjungsi)
Kata
sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih.
Contoh:
-
Saya akan datang
kalau ibu mengizinkan! (menandai hubungan syarat)
-
Dia menangis,
tetapi kakaknya haya diam saja. (menandai hubungan pertentangan)
-
Narto harus
belajar giat agar lulus ujian. (menandai hubungan tujuan)
-
Samsul bukan
kakakku, melainkan temanku. (menandai hubungan perlawanan)
3)
Kata bilangan
Kata
bilangan adalah kata-kata menyatakan jumlah atau satuan kumpulan benda atau
urutan tempat dari nama-nama benda.
Dalam
bahasa Indonesia kita mengenal empat jenis kata bilangan yaitu kata bilangan
utama, kata bilangan tingkat, kata bilangan kumpulan, dan kata bilangan tak tentu.
a.
Kata bilangan
utama
Kata bilangan utama merupakan
kata bilangan yang memberi keterangan mengenai
jumlah barang atau hal. Kata-kata ini berupa kata dasar yang merupakan dasar bagi pembentukan
kata bilangan tingkat dan kupulan.
Contoh: satu, dua , tiga, empat,
dan sebagainya.
b.
Kata bilangan
tingkat
Kata
bilangan tingkat merupakan kata bilangan yang menjelaskan pada urutan keberapa sebuah benda berada.
Letaknya sesudah kata benda.
Contoh:
siswa kelima, buku ketiga puluh
c.
Kata bilangan
kumpulan
Kata
bilangan kumpulan merupakan kata bilangan yang menjelaskan jumlah barang dalam suatu himpunan. Letaknya sebelum
kata benda.
Contoh: kelima buku itu, keempat temannya, dsb.
d.
Kata bilangan tak
tentu
Kata
bilangan tak tentu adalah kata yang menjelaskan jumlah barang dalam satu
himpunan. Kata-kata bilangan tak tentu yang biasa digunakan adalah beberapa,
segala, semua, dan tiap-tiap.
Contoh:
Beberapa orang telah menemuai
penjaga itu.
4)
Kata Ganti
Kata ganti
adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda (nomina) atau kata
yang dibendakan dalam hubungan posisi tertentu. Termasuk di dalamnya adalah
kata ganti orang. Kata ganti orang terdiri atas kata ganti orang I, kata orang
ganti II, dan kata ganti orang III. Ketiga jenis tersebut memiliki bentuk
tunggal dan jamak.
Perhatikan tabel berikut!
Kata Ganti Orang
|
Tunggal
|
Jamak
|
I
|
Aku, daku
Ku-, -ku
|
Kami
|
II
|
Engkau, kamu
Kau-, -mu
|
Kamu sekalian
Anda sekalian
|
III
|
Ia, dia
-nya, beliau
|
Mereka
|
5)
Kata Kerja
Kata kerja
adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan,
atau terjadinya sesuatu.
Ciri-ciri
kata kerja:
a.
dapat diperluas dengan + kata sifat
Ia berjalan dengan cepat.
b. dapat di dahului kata tidak
Ia tidak datang hari ini.
Bentuk
kata kerja ada yang menggunakan imbuhan dan ada yang tidak menggunakan. Imbuhan
yang menjadi ciri kata kerja adalah me-, ber-, dan di-. Berdasarkan relasinya,
kata kerja dapat dibedakan kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.
-
Kata kerja
transitif adalah kata kerja yang menghendaki objek.
Contoh
: Ia pergi melihat pengumuman.
-
Kata kerja
intransitif merupakan kata kerja yang tidak memerlukan objek.
Contoh : Ia tertawa gembira mendengar
pujian itu.
15. 9 Menyusun Kalimat
Kalimat
adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh
kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam
wujud tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, seru, atau tanya. Dititik dari jumlah inti sebuah kalimat dapat
ditentukan pola-pola kalimat.
-
Pola kalimat 1
yaitu terdiri atas kata benda – kata kerja
contoh
: Sadik menangis.
-
Pola kalimat II
yaitu terdiri atas kata benda – kata sifat
contoh
: Gunung tinggi.
-
Pola kalimat III
yaitu terdiri atas kata benda – kata benda
contoh
: Bapak pengarang.
1) Kalimat
aktif/pasif
Berdasarkan
pola kalimat I, kita mengenal kalimat aktif/pasif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya berfungsi sebagai pelaku, sedangkan kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya berfungsi sebagai pasien. Kalimat aktif
yang dapat diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat aktif transitif yaitu
kalimat yang objeknya berperan sebagai pelaku.
Cara
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
a.
subjek pada
kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
b.
predikat
berawalan me- diubah menjadi predikat berawalan di-
c.
bila kalimat
aktif subjeknya berupa kata ganti orang, maka predikat pada kalimat aktif tidak
menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat
yang tanpa imbuhan
Contoh:
Barda membaca novel
di perpustakaan. (kalimat aktif)
S
P O K
Novel dibaca Barda
di perpustakaan. (kalimat pasif)
S P O K
Saya membaca surat di kamar
S
P O K
Surat saya baca di kamar
S O P
K
Selain
tersebut, ada kalimat aktif yang tidak dapat dibuat kalimat pasif yaitu kalimat
aktif yang predikatnya tidak berobjek atau hanya berpelengkap.
Contoh: -
Kuda itu meringkik
- Mawar bersepeda motor ke sekolah
- Rumahku berdinding bilik
2) Kalimat
langsung/tak langsung
Berdasarkan
cara menanggapi informasi, kalimat dibedakan kalimat langsung dan tak langsung.
-
Kalimat langsung
adalah kalimat yang langsung mengutip pembicaraan orang lain tanpa menambah dan
menguranginya.
Contoh:
Pak guru bertanya; “Tahukah kamu makna
pahlawan?”Dalam kalimat tersebut pembicara pertama adalah pak guru. Inti berita
terdapat di antaratanda kutip. Seseorang
langsung mengutip pembicaraan orang lain.
81
-
Kalimat tak
langsung adalah kalimat yang tidak langsung mengutip pembicaraan orang lain
dengan pengertian bahwa yang mengutip hanya mengemukakan inti pembicarannya
saja dengan bentuk yang berbeda meskipun isinya sama.
Contoh: Pak Guru menanyakan apakah saya tahu makna pahlawan.
3) Kalimat
Tunggal dan Kalimat Majemuk
Berdasarkan
jumlah inti kalimat, kita mengenai kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah yang terdiri atas dua unsur inti dan boleh dengan beberapa unsur
tambahan (objek atau keterangan) atau satu klausa.
Berikut
ini adalah kalimat tunggal dengan beberapa unsur tambahan.
1)
Pemerintah
mengumumkan desentralisasi kemarin. (keterangan waktu)
2)
Dari sini kita
memusatkan pengintaian. (keterangan tempat)
3)
Dia bersedia
berkorban demi kepentingan negara. (keterangan tujuan)
4)
Kereta itu pun
meninggalkan stasiun pelan-pelan. (keterangan cara)
5)
Kami bertamasya
dengan bus. (keterangan alat)
6)
Kedua petinju itu
berhadapan satu sama lain. (keterangan kesalingan)
b.
Kalimat majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari dua unsur inti/lebih dari
satu kaluasa.
Contoh: - Ali menyelesaikan, tetapi Badu pulang.
- Yang berbaju
merah itu, kakak saya
- Ia diam ketika
mendengar suara keras di udara dan angin bertiup kencang.
Ada tiga
jenis kalimat majemuk:
1) kalimat
setara
2) kalimat
majemuk bertingkat
3) kalimat
majemuk campuran
1)
Kalimat majemuk
setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang
sederajat, tidak ada pola kalimat yang menduduki fungsi lebih tinggi.
Contoh:
Ayah memanjat pohon mangga itu dan memetik buahnya.
2)
Kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat majemuk yang salah satu polanya menduduki fungsi
utama kalimat. Bagian kalimat yang lazimnya menduduki fungsi lebih tinggi
disebut induk kalimat atau klausa atasan, sedangkan yang lebih
82
rendah
disebut anak kalimat atau klausa bawahan. Anak kalimat merupakan hasil
perluasan daribagian utamanya, sedangkan induk kalimat bagian yang tidak
diperluas. Oleh karena itu, nama anak kalimat tersebut sesuai dengan
Contoh:
- Marlina membaca koran sebelum ia berngkat sekolah. (anak
kalimat perluasan keterangan waktu)
- Siswa yang berambut ikal itu mendapat nilai sepuluh.
(anak kalimat perluasan subjek)
3)
Kalimat majemuk
campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu pola utama dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola utama dan
satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
- Satu
pola utama dan dua pola bawahan
Kami sudah
menyelenggarakan malam kesenian yang dimeriahkan oleh para artis ibukota, serta
dihadiri pula oleh pembesar di kota itu.
- Dua pola
utama dan satu atau lebih pola bawahan
Ayah
menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik keluarga dan
kedudukannya.
B.
Soal-soal
Pelatihan
Orang itu berpikir sejenak,
"Ternyata pekerjaan yang mereka lakukan sia-sia hasilnya."
1. Peribahasa yang sesuai dengan pernyataan
tersebut adalah ...
a. Bagai air di daun talas
b. Bagai mencencang air
c. Bagai bermain di air
d. Bagai kebesaran air
Suasana di bumi perkemahan, siang
itu melihat ramai, berbeda dengan hari-hari berikutnya. Ratusan tenda
berwarna-warni terpasang di lokasi itu. Sekelompok anak berpakaian Pramuka juga
menampakkan kesibukannya, ada yang sedang mencuci piring, memasak nasi dan ada
pula yang memperlakukan kegiatan lainnya.
2. Kata berimbuhan me- dalam paragraf
tersebut yang perlu diperbaiki adalah ....
a. melihat diubah terlihat,
memperlakukan diganti melakukan
b. menampakkan diubah tampaklah, mencuci diganti
menyuci
c. mencuci diubah cuci, memperlakukan diganti
melakukan
d. terpasang diganti memasang, memasak diubah masak
Bacalah
paragraf berikut !
(1)
Ketika lonceng gereja, berbunyi, Aki mulai berangkat ke sekolah. (2) Ia
berjaian' menyusuri pagi yang dingin. (3) Embun di sana-sini, masih tampak. (4)
Matahari dari kejauhan sedikit demi sedikit
telah menampakkan wajahnya.
3. Kalimat majemuk bertingkat terdapat pada
kalimat nomor ....
- (1)
- (2)
- (3)
- (4)
4. Kalimat yang menggunakan keterangan cara
adalah ...
a. Dengan
ramah pramugari itu menawarkan minuman ringan.
b. Pak
tani membajak sawahnya dengan traktor.
c. Feri
dan Fitri menyayangi satu sama lain.
d.
Murid-murid pergi berekreasi ke Taman Safari dengan bus.
5. Kalimat yang menggunakan kata kajian adalah
...
a. Ibu dipiiat setelah lelah bekerja.
b. Kerajinan sarung tenun memiliki prospek
yang menjanjikan.
c. Buku itu diletakkan di atas meja.
d. Makanan itu di beli untuk hidangan makan
malam.
6. Kalimat yang menggunakan kata bersinestesia
adalah...
a. Permen ini amat manis
b. Suaranya sedap didengar
c. Lukisan itu sangat
indah
d. Harga barang itu mahal
7. Kalimat yang menggunakan kata tidak baku
adalah...
a. Mereka telah mendapat izin dari orang tuanya
b. Masalah yang dihadapi
sangat komplek
c. Perusahaan itu
memperhatikan kualitas produksinya
d. Meskipun sudah
dujelaskan, dia belum juga paham
8. Kalimat berikut ini yang tergolong kalimat
efektif adalah...
a. Para hadirin dipersilahkan berdiri
b. Selain dari pada itu,
banyak sarat yang harus dipenuhi
c. Izin diberikan kepada
yang memenuhi syarat
d. Kepada mereka yang
belum jelas, silakan tanya
Berbagai tumbuhan ditanam di pekarangan rumahnya yang luas.
9. Kata khusus dari kata bercetak miring pada
kalimat tersebut terdapat pada kalimat ...
a. Berbagai binatang langka dilestarikan di
wilayah Jawa bagian Barat ini.
b. Secara umum manusia selalu menginginkan hal
terbaik bagi kehidupannya.
c. Berbagai kendaraan bermotor ikut meramaikan
karnaval 17 Agustus di kotaku.
d. Selain untuk tanaman hias, bunga sepatu
juga dapat digunakan sebagai obat.
Cermati kalimat berikut dengan
seksama!
Selak Anton beranjak dewasa
tingkah lakunya sering meresahkan orang tuanya. Tiap hari dia bergaul dengan
pemuda pengangguran yang suka mabuk-mabukan, dilarang tidak pernah menurut.
Oleh sebab itu, ayahnya naik pitam
setiap dia pulang ke rumah.
10. Ungkapan bercetak miring
semakna dengan...
a. tinggi darah c.
darah bangsawan
b. makan darah d.
naik darah
(1) Dari
kemarin, aku sudah sangsi dengan pengakuannya.
(2) Kaki meja belajarku patah karena sudah lapuk
dimakan usia.
(3) Itulah sanksi yang semestinya kau terima.
(4) Dari jendela kamar hotelnya, Leman memandang
kaki bukit yang berkabut itu.
11. Dua kalimat yang menggunakan kata
berpolisemi dalah ....
a. (1) dan (2)
b. (2) dan (3)
c. (3) dan (4)
d. (2) dan (4)
Para pelajar mengikuti ujian di
sekolah masing-masing dengan gembira.
12. Kalimat yang memiliki pola sama dengan
kalimat tersebut adalah ...
a. Dokter menganjurkan pasiennya untuk minum obat
yang dibelinya secara rutin.
b. Kepala sekolah mengharapkan agar semua siswa
lulus dalam ujian tahun ini.
c. Ka-POLRI mengajak seluruh warga Indonesia
untuk menjauhi narkoba.
d.
Presiden meresmikan perusahaan tekstil di Jawa Tengah dengan khidmat
Yusa dan
Sam memang akrab layaknya bersaudara meskipun latar belakang kehidupan ...
sungguh berbeda. Yusa anak seorang pedagang kain yang kaya, sedangkan Sam anak
seorang janda miskin. Sam bekerja di rumah Yusa. Setiap sore ... bertugas
menyapu halaman rumah Yusa.
13.
Kalimat ganti yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah...
- ia, mereka
- mereka, ia
- kami, ia
- kami, mereka
14. Penulisan singkatan yang benar tedapat pada
kalimat...
a. Setiap warga wajib
memiliki K.T.P.
b. Harga mangga itu Rp. 4.500,00/kilo
c. Prof. DR: Muladi akan
berkunjung ke Pare.
d. Surat itu diberikan
kepada Bpk Moh. Abd Jalil
83
Ia selalu optimis dalam menghadapi segala masalah dan kesulitan.
15. Kata
bercetak miring bersinonim dengan kata dalam kalimat ...
a. Saya ragu akan kemampuan tim basket kita.
b.
Mengambil keputusan dengan pasti perlu dibiasakan.
c. Pekerjaan yang sulit dilaksanakan sebaiknya
dihindari saja.
d. Saya yakin, mereka mampu mengatasi masalah.
Harga bahan pokok di pasaran
mencekik leher.
16. Majas sejenis dengan kalimat
tersebut adalah ...
a. Suaramu dapat memecahkan gendang telingaku.
b. Dengan Garuda, ayah pergi ke Papua tadi pagi.
c. Matahari telah mulai tenggelam ke
peraduannya.
d. Sudah dua hari ini ia tidak kelihatan batang
hidungnya
Lemahnya
pendidikan sains di sekolah merupakan alasan utama dari upaya perbaikan mutu.
Peringkat hasil pendidikan matematika murid SD kita lebih rendah ... anak-anak
seusia sebaya di Vietnam.
17. Kata penghubung perbandingan yang tepat untuk
melengkapi paragraf tersebut adalah ....
a. dari
b. seperti
c. daripada
d. bagai
“Ah senor
saya tahu Anda bisa berbuat apa saja. Seperti juga ibi yang tewas....tangan
ayah Anda. Saya telah menduga nasib saya akan sama seperti dia. Namun, saya
yakin saya tidak akan kehilangan keberanian...membebaskan diri....Anda
18. Kata depan yang tepat untuk melengkapi
paragraf rumpang tersebut adalah...
- di, untuk, dari
- dari, di, untuk
- dari, untuk, dari
- untuk, di, dari
Ir.
Soekarno seorang...sejati.
19. Kata berimbuhan asing yang tepat untuk melengkapi
kalimat tersebut adalah...
- nasional
- nasionalis
- nasionalisasi
- nasionalisme
84
Kesepuluh
temanku... Mereka datang kesekolah... Hal ini dilakukan agar prestasi belajar
menjngkat. Jika ada waktu luang, mereka... di perpustakaan atau mengamati mading
yang ditempel oleh pngurusnya. Usaha mereka tidak sia-sia Saat menerima rapor
nilai mereka...
20. Kata ulang yang tepat untuk melengkapi
paragraf tersebut adalah...
- pintar-pintar; bersa-sama; melihat-lihat; hebat-hebat
- rajin-rajin; pagi-pagi; membaca-baca; bagus-bagus
- hebat-hebat; sendiri-sendiri; duduk-duduk; besar-besar
- besar-besar; dua-dua; diskusi-diskusi; tinggi-tinggi
(1)
Adik sedang belajar menulis
(2)
Paman datang
(3)
Saya sedang mengerjakan matematika
21. Kalimat yang tepat hasil penggabungan ketiga
kalimat tersebut adalah...
- Ketika sedang adik belajar menulis, paman datang dan saya sedang mengerjakan matematika.
- Padahal saya sedang mengerjakan matematika, paman datang dan adik sedang belajar menulis.
- Bila paman datang, adik sedang belajar menulis dan saya sedang mengerjakan matematika.
- Ketika paman datang, saya sedang mengerjakan matematika dan adik belajar menulis.