Kamis, 16 Juni 2016

Pemahami Unsur Kebahasaan



A.      Ringkasan Materi
1.        Menggunakan Kata Berdasarkan Jenis Maknanya

Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu; sifatnya objektif.
Makna konotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) atau pendengar (pembaca)

Perbedaan makna denotasi dan konotasi didasarkan pada ada atau tidaknya “nilai rasa” (Slametmulyana, 1964) pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut kata penuh, mempunyai makna denotasi, tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotasi. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotasi apabila kata itu mempunyai nilai rasa baik positif atau buruk negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dapat dikatakan tidak memiliki nilai rasa atau disebut berkonotasi netral.

Ada banyak kata yang mempunyai makna sama, seperti kata mati, meninggal, wafat, tewas, gugur, dan mangkat. Namun, kata-kata tersebut mempunyai konotasi yang berbeda-beda bagi pendengarnya. Keenam kata tersebut sama-sama berarti “mati”, tetapi terasa lain pada telinga pendengar bila kata itu diucapkan.

2.        Menggunakan Kata yang Mengalami Perubahan Makna
1)       Perubahan makna meluas
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Contoh, kata saudara pada mulanya hanya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandungan’, kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang memiliki sepertalian darah’, selanjutnya siapapun yang masih mempunyai kesamaan asal-usul disebut saudara. Kini, siapapun disebut saudara.

2)       Perubahan makna penyempit
Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang yang pada mulanya berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendekiawan’, kemudian hanya berarti ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’, seperti pada sarjana hukum, sarjana ekonomi. Begitu juga dengan kata pendeta, awalnya bermakna orang yang berilmu, kemudian menyempit maknanya hanya berarti ‘guru agama kristen’. 


78
3)       Perubahan makna pertukaran anggapan (Ameliorasi, Peyorasi)
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata menjadi memiliki nilai rasa yang ‘rendah’, atau kurang menyenangkan. Di samping itu, ada juga yang memiliki nilai rasa yang ‘tinggi’, atau mengenakkan. Kata-kata yang nilai merosot lebih rendah ini disebut peyorasi, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut ameliorasi. Kata bini dewasa ini dianggap peyorasi, sedangkan                kata istri dianggap amelioratif. Kata laki dianggap peyorasi, sedangkan kata suami dianggap ameliorasi.

4)       Perubahan makna pertukaran tanggapan indra (Sinestesia)
Masing-masing indera kita yang lima mempunyai tugas untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di alam ini. Rasa manis, umpamanya ditanggap oleh alat perasa lidah. Namun, dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain.
Rasa manis yang seharusnya dianggap dengan alat indera perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera penglihatan seperti tampak dalam ucapan wajahnya sangat manis.

3.        Menggunakan Kata Berdasarkan Hubungan Maknanya
Di dalam bahasa sering kita temui adanya hubungan kemaknaan antara sebuah kata dengan kata lainnya lagi. Hubungan tersebut dapat berupa kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kelainan makna (homonimi), kecakupan makna (hiponimi, hipernimi), kegandaan makna (polisemi, dan ambiguitas), kelebihan makna (redudansi).
1)       Sinonimi
Sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan      syn yang berarti ‘dengan’. Secara harfiah kata sinonim berarti ‘ nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang        lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contohnya kata bunga, kembang, dan puspa adalah kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang       bersinonim bersifat dua arah. Kalau kata bunga bersinonim dengan kata           kembang, maka kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga.
2)       Antonimi
Antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang artinya ‘melawan’. Maka, secara harfiah kata antonim berarti  ‘nama lain untuk benda lain pula’. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya, kata bagus adalah berantonim dengan kata buruk; kata besar adalah berntonimi dengan kata kecil; kata membeli berantonimi dengan kata menjual.

Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. Kalau kata bagus berantonim dengan kata buruk, maka kata buruk juga berntonim dengan kata bagus.

3)       Homonimi
Kata homonimi berasal dari kata Yunani kuno ononama yang artinya ‘nama’ dan homo yang artinya ‘sama’. Secara harfiah homonimi artinya sebagai ‘nama sama untuk benda atau hal lain’. Secara semantik, Verhaar (1978), homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi meknanya tidak sama dengan ungkapan lain yang juga (berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama. Contoh, antara kata bandar yang berarti ‘pelabuhan’ dengan bandar yang berarti ‘parit’ dan bandar yang berarti ‘pemegang uang dalam perjudian’ inilah yang disebut homonim. Kata bandar yang pertama berhomonim dengan kata bandar yang kedua dan ketiga. Begitu pula sebaliknya karena hubungan homonimi bersifat dua arah. 

4)       Hiponimi, Hipernimi
Kata hiponimi berasal berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan hypo berarti ‘di bawah’. Secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk di bawah nama lain’. Secara semantik Verhaar (1978:137) menyatakan hiponim ialah ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Contoh, kata bandeng adalah hiponim terhadap kata ikan sebab makna bandeng berada atau termasuk dalam makna kata ikan. Selain itu, termasuk juga tenggiri, tongkol, mujair, dan sebagainya. Hubungan antara dua buah kata yang berhiponim ini searah. Kata bandeng berhiponim terhadap kata ikan; tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata bandeng, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Hubungan antara ikan dengan bandeng (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Kalau bandeng berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap bandeng.

5)       Polisemi
Polisemi diartikan sebagai satuan bahasa (berupa kata, atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh, kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada menusia dan hewan; (2) bagian dari suatu yang terletak di seatau depan dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala surat, kepala kereta api; (3) bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dam kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp10.000,00; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.
Dengan demikian, kata kepala setidaknya mengacu kepada enam buah konsep/makna.



4.        Menggunakan Peribahasa

Peribahasa diumpamakan suatu hiasan atau bunga dalam kata-kata. Dengan peribahasa dapat digambarkan suatu maksud dengan tepat. Perkataan biasa akan berpanjang-panjang uraiannya baru sampai kepada yang dimaksud. Dengan peribahasa orang tidak perlu berkata terus terang menyatakan apa yang terasa dihatinya, yag ada kalanya dapat melukai atau menyakiti hati orang yang dimaksud, tetapi apa yang dituju tepat mengenai sasarannya. Jadi, dengan sebuah peribahasa dapat dihindari perkataan-perkataan kasar dan tajam jika akan menyalahkan perbuatan seseorang. Selain itu pula beribahasa dapat digunakan untuk tujuan memuji atau memberi nasihat. Pujian dan nasihat akan lebih memberi hasil jika menggunakan peribahasa daripada berterus terang.   

5.        Menggunakan Gaya Bahasa/Majas

Dinginnya udara masih terasa menggigit kulit.
Dalam kalimat tersebut udara diumpamakan bagai makhluk hidup yang datang menggigil. Dengan bengibaratan itu muncul imajinasipada benak kita. Pengibaratan seperti itu merupakan upaya penulis dalam mengolah bahasa agar memiliki kekuatan imajinatif. Pengolahan seperti itulah yang disebut majas.

Ada tiga majas yang sering kita gunakan
  1. majas perbandingan
a.       metafora;
Dewi malam keluar dari balik  awan.
b.       personifikasi;
Angin membelai gadis yang menunggu taman itu.
c.       perumpamaan;
Wajahnya pucat bagai mayat
  1. majas pertentangan
a.       ironi;
Wajahnya sangat tampan hampir setiap orang takut melihat  wajahnya.
b.       hiperbola;
Suaranya menggelegar membelah angkasa
c.       litotes; S
ilakan mampir ke gubuk saya kalau tidak keberatan.
  1. majas pertautan
a.       metonimia;
Ia pergi ke Bali naik Garuda
b.       sinekdoke;
Sudah lama saya tidak melihat batang hidungnya.
c.       eufimisme;
Mobil itu membawa peserta tunadaksa

6.        Menggunakan Imbuhan
Imbuhan merupakan bentuk morfem terikat yang bermakna setelah bergabung dengan kata dasar. Imbuhan terdiri atas imbuhan asing dan imbuhan asli Indonesia.
Imbuhan asing merupakan imbuhan yang diserap dari bahasa asing (misalnya bahasa Sanskerta, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris).

79
Berikut adalah contoh imbuhan asing.
- Awalan                : a-, dwi-, in-, intra-, kontra-, non-, pra-, dan lain-lain.
Contoh kata       : amoral, dwitunggal, indisipliner,  
                               intrakurikuler,   kontrarevolusi,
                               nonaktif, prasejarah
- Akhiran                : -is, -isme, -isasi, -i/-wi, -iah, -man,
   -wan, -wati, -itas, -or, dan
  sebagainya
  Contoh kata        : egois, komunisme, globalisasi,
                                  badani, ilmiah, hartawan,
  peragawati, diktator.
Adapun yang tergolong imbuhan asli Indonesia diantaranya berikut.
-  Awalan               : ber-, ter-, di-, me-, se-, pe-, ke-,
  dan sebagainya
   Contoh kata       : berjalan, terkejut, dimakan,
                                   menunggu, pelajar.
-  Sisipan               : -er-, -em-, -el-
   Contoh kata       : gerigi, gemetar.
-  Akhiran               : -i, -kan, -an
   Contoh kata       : tulisi, tumbuhkan, mainan
-  Gabungan awalan dan akhiran: di-kan, me-kan, di-i, di-kan, diper-i, diper-kan
Contoh kata      : didirikan, melaksanakan, disantuni,  ditunjukkan, diperbaiki,   
 diperjualbelikan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa tentang penggunaan imbuhan meliputi bentuk, fungsi, dan makna dalam konteks kalimat atau paragraf.

7.        Menggunakan Berbagai Bentuk Kata

Bentuk kata meliputi kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau kata majemuk. Kata ulang adalah proses pengulangan bentuk dasar. Ada beberapa macam bentuk kata ulang yaitu kata ulang seluruhnya, kata ulang sebagian, kata ulang berubah bunyi atau kata ulang bervariasi fone. Masing-masing perulangan kata tersebut memiliki makna. Penentu makna perulangan sangat ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat.
Contoh kata ulang: rumah-rumah, berlari-lari, buah-buahan, berkejar-kejaran, menari-nari, lauk-pauk, dan pepohonan.

Kata gabung atau kata majemuk merupakan bentuk kata yang dihasilkan dari penggabungan dua atau beberapa kata yang menimbulkan makna baru terlepas dari makna asalnya. Kata rumah sakit misalnya, terbentuk dari kata rumah dan sakit. Rumah maknanya tempat tinggal, sakit dimaknai tidak sehat. Ketika kedua kata tersebut bergabung tidak dimaknai rumah yang tidak sehat, melainkan tempat untuk berobat bagi orang yang menderita suatu penyakit.
Contoh kata majemuk: rumah makan, kereta api cepat, saputangan, olahraga, duta besar, dan surat kabar.

8.        Memahami Jenis Kata
Jenis kata atau biasa disebut kelas kata meliputi kata tugas, kata ganti, kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan. Termasuk dalam kata tugas adalah kata depan dan kata sambung atau kata penghubung. Berikut ini uraian singkat mengenai kelas kata yang dimaksud.

80
1)       Kata depan (preposisi)
                Kata depan merupakan kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian       kalimat. Berikut contoh kata depan dan fungsinya:
-          dari                menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat atau milik
-          dengan         menandai hubungan kesertaan atau cara
-          di   → menandai tempat hubungan berada
-          ke  → menandai hubungan arah menuju suatu tempat
-          oleh               → menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku
-          pada             → menandai hubungan tempat atau waktu
-          sejak             → menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang  lain
-          bagi, untuk, buat, dan guna     → menandai hubungan peruntukan
-          karena, sebab → menandai hubungan sebab    (penyebaban)       
2)       Kata sambung (konjungsi)
Kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih.
        Contoh:
-          Saya akan datang kalau ibu mengizinkan! (menandai hubungan syarat)
-          Dia menangis, tetapi kakaknya haya diam saja. (menandai hubungan pertentangan)
-          Narto harus belajar giat agar lulus ujian. (menandai hubungan tujuan)
-          Samsul bukan kakakku, melainkan temanku. (menandai hubungan perlawanan)

3)       Kata bilangan
Kata bilangan adalah kata-kata menyatakan jumlah atau satuan kumpulan benda atau urutan tempat dari nama-nama benda.
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal empat jenis kata bilangan yaitu kata bilangan utama, kata bilangan tingkat, kata bilangan kumpulan, dan kata bilangan tak tentu.

a.       Kata bilangan utama
                Kata bilangan utama merupakan kata bilangan yang memberi keterangan         mengenai jumlah barang atau hal. Kata-kata ini berupa kata dasar yang              merupakan dasar bagi pembentukan kata bilangan tingkat dan kupulan.
                Contoh: satu, dua , tiga, empat, dan sebagainya.
b.       Kata bilangan tingkat       
Kata bilangan tingkat merupakan kata bilangan yang menjelaskan pada urutan                 keberapa sebuah benda berada. Letaknya sesudah kata benda.
                Contoh: siswa kelima, buku ketiga puluh
c.       Kata bilangan kumpulan
Kata bilangan kumpulan merupakan kata bilangan yang menjelaskan jumlah    barang dalam suatu himpunan. Letaknya sebelum kata benda.
Contoh: kelima buku itu, keempat temannya, dsb.

d.       Kata bilangan tak tentu
Kata bilangan tak tentu adalah kata yang menjelaskan jumlah barang dalam satu himpunan. Kata-kata bilangan tak tentu yang biasa digunakan adalah beberapa, segala, semua, dan tiap-tiap.
                Contoh: Beberapa orang telah menemuai
                                penjaga itu.

4)       Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda (nomina) atau kata yang dibendakan dalam hubungan posisi tertentu. Termasuk di dalamnya adalah kata ganti orang. Kata ganti orang terdiri atas kata ganti orang I, kata orang ganti II, dan kata ganti orang III. Ketiga jenis tersebut memiliki bentuk tunggal dan jamak.

Perhatikan tabel berikut!
Kata Ganti Orang
Tunggal
Jamak
I
Aku, daku
Ku-, -ku
Kami
II
Engkau, kamu
Kau-, -mu
Kamu sekalian
Anda sekalian
III
Ia, dia
-nya, beliau
Mereka

5)       Kata Kerja
Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan, atau terjadinya sesuatu.
Ciri-ciri kata kerja:
a.                   dapat diperluas dengan + kata sifat
                Ia berjalan dengan cepat.
b.   dapat di dahului kata tidak
             Ia tidak datang hari ini.   
       
Bentuk kata kerja ada yang menggunakan imbuhan dan ada yang tidak menggunakan. Imbuhan yang menjadi ciri kata kerja adalah me-, ber-, dan di-. Berdasarkan relasinya, kata kerja dapat dibedakan kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.
-          Kata kerja transitif adalah kata kerja yang menghendaki objek.              
                Contoh : Ia pergi melihat pengumuman.
-          Kata kerja intransitif merupakan kata kerja yang tidak memerlukan objek.
        Contoh : Ia tertawa gembira mendengar pujian itu.

15. 9 Menyusun Kalimat

Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, seru, atau tanya. Dititik dari jumlah inti sebuah kalimat dapat ditentukan pola-pola kalimat.
-          Pola kalimat 1 yaitu terdiri atas kata benda – kata kerja
                contoh : Sadik menangis.
-          Pola kalimat II yaitu terdiri atas kata benda – kata sifat
                contoh : Gunung tinggi.
-          Pola kalimat III yaitu terdiri atas kata benda – kata benda
                contoh : Bapak pengarang.

1)   Kalimat aktif/pasif
                Berdasarkan pola kalimat I, kita mengenal kalimat aktif/pasif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berfungsi sebagai pelaku, sedangkan kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berfungsi sebagai pasien. Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang objeknya berperan sebagai pelaku.

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
a.       subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
b.       predikat berawalan me- diubah menjadi predikat berawalan di-
c.       bila kalimat aktif subjeknya berupa kata ganti orang, maka predikat pada kalimat aktif tidak menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat yang tanpa imbuhan

Contoh:
Barda membaca novel di perpustakaan. (kalimat aktif)
    S           P           O                K
Novel dibaca Barda di perpustakaan. (kalimat pasif)
     S         P        O                  K
Saya membaca surat di kamar
     S           P          O        K
Surat saya baca di kamar
    S      O      P        K

Selain tersebut, ada kalimat aktif yang tidak dapat dibuat kalimat pasif yaitu kalimat aktif yang predikatnya tidak berobjek atau hanya berpelengkap.
Contoh: - Kuda itu meringkik
                 - Mawar bersepeda motor ke sekolah
                 - Rumahku berdinding bilik

2)   Kalimat langsung/tak langsung
Berdasarkan cara menanggapi informasi, kalimat dibedakan kalimat langsung dan tak langsung.
-          Kalimat langsung adalah kalimat yang langsung mengutip pembicaraan orang lain tanpa menambah dan menguranginya.
Contoh:
        Pak guru bertanya; “Tahukah kamu makna pahlawan?”Dalam kalimat tersebut pembicara pertama adalah pak guru. Inti berita terdapat di   antaratanda kutip. Seseorang langsung mengutip pembicaraan orang lain.


81
-          Kalimat tak langsung adalah kalimat yang tidak langsung mengutip pembicaraan orang lain dengan pengertian bahwa yang mengutip hanya mengemukakan inti pembicarannya saja dengan bentuk yang berbeda meskipun isinya sama.
Contoh: Pak Guru menanyakan apakah saya tahu makna  pahlawan.

3)    Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

Berdasarkan jumlah inti kalimat, kita mengenai kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a.       Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah yang terdiri atas dua unsur inti dan boleh dengan beberapa unsur tambahan (objek atau keterangan) atau satu klausa.
Berikut ini adalah kalimat tunggal dengan beberapa unsur tambahan.
1)       Pemerintah mengumumkan desentralisasi kemarin. (keterangan waktu)
2)       Dari sini kita memusatkan pengintaian. (keterangan tempat)
3)       Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara. (keterangan tujuan)
4)       Kereta itu pun meninggalkan stasiun pelan-pelan. (keterangan cara)
5)       Kami bertamasya dengan bus. (keterangan alat)
6)       Kedua petinju itu berhadapan satu sama lain. (keterangan kesalingan)
b.       Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari dua unsur inti/lebih dari satu kaluasa.
Contoh: - Ali menyelesaikan, tetapi Badu pulang.
                                - Yang berbaju merah itu, kakak saya            
                                - Ia diam ketika mendengar suara keras di udara dan angin bertiup kencang.

Ada tiga jenis kalimat majemuk:
1) kalimat setara
2) kalimat majemuk bertingkat
3) kalimat majemuk campuran

1)       Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola kalimat yang menduduki fungsi lebih tinggi.
Contoh: Ayah memanjat pohon mangga itu dan memetik buahnya.
2)       Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang salah satu polanya menduduki fungsi utama kalimat. Bagian kalimat yang lazimnya menduduki fungsi lebih tinggi disebut induk kalimat atau klausa atasan, sedangkan yang lebih

82
rendah disebut anak kalimat atau klausa bawahan. Anak kalimat merupakan hasil perluasan daribagian utamanya, sedangkan induk kalimat bagian yang tidak diperluas. Oleh karena itu, nama anak kalimat tersebut sesuai dengan  
Contoh:
-    Marlina membaca koran sebelum ia berngkat sekolah. (anak kalimat perluasan keterangan waktu)
-    Siswa yang berambut ikal itu mendapat nilai sepuluh. (anak kalimat perluasan subjek)
3)       Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang terdiri atas satu pola utama dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
- Satu pola utama dan dua pola bawahan
Kami sudah menyelenggarakan malam kesenian yang dimeriahkan oleh para artis ibukota, serta dihadiri pula oleh pembesar di kota itu.
- Dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan
Ayah menyesalkan perbuatan itu, dan meminta kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama baik keluarga dan kedudukannya.

B.      Soal-soal Pelatihan

Orang itu berpikir sejenak, "Ternyata pekerjaan yang mereka lakukan sia-sia hasilnya."
1.  Peribahasa yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah ...
a. Bagai air di daun talas
b. Bagai mencencang air
c. Bagai bermain di  air
d. Bagai kebesaran air

Suasana di bumi perkemahan, siang itu melihat ramai, berbeda dengan hari-hari berikutnya. Ratusan tenda berwarna-warni terpasang di lokasi itu. Sekelompok anak berpakaian Pramuka juga menampakkan kesibukannya, ada yang sedang mencuci piring, memasak nasi dan ada pula yang memperlakukan kegiatan lainnya.

2.  Kata berimbuhan me- dalam paragraf tersebut yang perlu diperbaiki adalah ....
a. melihat diubah terlihat, memperlakukan diganti melakukan
b. menampakkan diubah tampaklah, mencuci diganti menyuci
c. mencuci diubah cuci, memperlakukan diganti melakukan
d. terpasang diganti memasang, memasak diubah masak




Bacalah paragraf berikut !
(1) Ketika lonceng gereja, berbunyi, Aki mulai berangkat ke sekolah. (2) Ia berjaian' menyusuri pagi yang dingin. (3) Embun di sana-sini, masih tampak. (4) Matahari dari kejauhan sedikit demi sedikit  telah menampakkan wajahnya.

3.  Kalimat majemuk bertingkat terdapat pada kalimat nomor ....
  1. (1)
  2. (2)
  3. (3)
  4. (4)

4.  Kalimat yang menggunakan keterangan cara adalah ...
a. Dengan ramah pramugari itu menawarkan minuman ringan.
b. Pak tani membajak sawahnya dengan traktor.
c. Feri dan Fitri menyayangi satu sama lain.
d. Murid-murid pergi berekreasi ke Taman Safari dengan bus.

5.  Kalimat yang menggunakan kata kajian adalah ...
 a. Ibu dipiiat setelah lelah bekerja.
 b. Kerajinan sarung tenun memiliki prospek yang menjanjikan.
 c. Buku itu diletakkan di atas meja.
 d. Makanan itu di beli untuk hidangan makan malam.

6.  Kalimat yang menggunakan kata bersinestesia adalah...
a. Permen ini amat manis
b. Suaranya sedap didengar
c. Lukisan itu sangat indah
d. Harga barang itu mahal

7.  Kalimat yang menggunakan kata tidak baku adalah...
a. Mereka telah mendapat izin dari orang tuanya
b. Masalah yang dihadapi sangat komplek
c. Perusahaan itu memperhatikan kualitas produksinya
d. Meskipun sudah dujelaskan, dia belum juga paham

8.  Kalimat berikut ini yang tergolong kalimat efektif adalah...
a.  Para hadirin dipersilahkan berdiri
b. Selain dari pada itu, banyak sarat yang harus dipenuhi
c. Izin diberikan kepada yang memenuhi syarat
d. Kepada mereka yang belum jelas, silakan tanya

Berbagai tumbuhan ditanam di pekarangan rumahnya yang luas.

9.  Kata khusus dari kata bercetak miring pada kalimat tersebut terdapat pada kalimat ...
a.     Berbagai binatang langka dilestarikan di wilayah Jawa bagian Barat ini.
b.     Secara umum manusia selalu menginginkan hal terbaik bagi kehidupannya.
c.     Berbagai kendaraan bermotor ikut meramaikan karnaval 17 Agustus di kotaku.
d.     Selain untuk tanaman hias, bunga sepatu juga dapat digunakan sebagai obat.

Cermati kalimat berikut dengan seksama!
Selak Anton beranjak dewasa tingkah lakunya sering meresahkan orang tuanya. Tiap hari dia bergaul dengan pemuda pengangguran yang suka mabuk-mabukan, dilarang tidak pernah menurut. Oleh sebab itu, ayahnya naik pitam setiap dia pulang ke rumah.

10. Ungkapan bercetak miring semakna dengan...
a. tinggi darah             c. darah bangsawan
b. makan darah          d. naik darah

(1) Dari kemarin, aku sudah sangsi dengan pengakuannya.
(2)    Kaki meja belajarku patah karena sudah lapuk dimakan usia.
(3)    Itulah sanksi yang semestinya kau terima.
(4)    Dari jendela kamar hotelnya, Leman memandang kaki bukit yang berkabut itu.

11.  Dua kalimat yang menggunakan kata berpolisemi  dalah ....
a. (1) dan (2)
b. (2) dan (3)
c. (3) dan  (4)
d. (2) dan (4)

Para pelajar mengikuti ujian di sekolah masing-masing dengan gembira.

12.  Kalimat yang memiliki pola sama dengan kalimat tersebut adalah ...
a.   Dokter menganjurkan pasiennya untuk minum obat yang dibelinya secara rutin.
b.   Kepala sekolah mengharapkan agar semua siswa lulus dalam ujian tahun ini.
c.   Ka-POLRI mengajak seluruh warga Indonesia untuk menjauhi narkoba.
d. Presiden meresmikan perusahaan tekstil di Jawa Tengah dengan khidmat 

Yusa dan Sam memang akrab layaknya bersaudara meskipun latar belakang kehidupan ... sungguh berbeda. Yusa anak seorang pedagang kain yang kaya, sedangkan Sam anak seorang janda miskin. Sam bekerja di rumah Yusa. Setiap sore ... bertugas menyapu halaman rumah Yusa.

13. Kalimat ganti yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah...
  1. ia, mereka
  2. mereka, ia
  3. kami, ia
  4. kami, mereka

14.  Penulisan singkatan yang benar tedapat pada kalimat...
a. Setiap warga wajib memiliki K.T.P.
b. Harga mangga  itu Rp. 4.500,00/kilo
c. Prof. DR: Muladi akan berkunjung ke Pare.
d. Surat itu diberikan kepada Bpk Moh. Abd Jalil


83
Ia selalu optimis dalam menghadapi segala masalah dan kesulitan.

15. Kata bercetak miring bersinonim dengan kata dalam kalimat ...
a.   Saya ragu akan kemampuan tim basket kita.
b. Mengambil keputusan dengan pasti perlu dibiasakan.
c.   Pekerjaan yang sulit dilaksanakan sebaiknya dihindari saja.
d.   Saya yakin, mereka mampu mengatasi masalah.

Harga bahan pokok di pasaran mencekik leher.

16. Majas sejenis dengan kalimat tersebut adalah ...
a.    Suaramu dapat memecahkan gendang telingaku.
b.    Dengan Garuda, ayah pergi ke Papua tadi pagi.
c.    Matahari telah mulai tenggelam ke peraduannya.
d.    Sudah dua hari ini ia tidak kelihatan batang hidungnya

Lemahnya pendidikan sains di sekolah merupakan alasan utama dari upaya perbaikan mutu. Peringkat hasil pendidikan matematika murid SD kita lebih rendah ... anak-anak seusia sebaya di Vietnam.

17.  Kata penghubung perbandingan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah ....
a. dari
b. seperti
c. daripada
d. bagai

 Ah senor saya tahu Anda bisa berbuat apa saja. Seperti juga ibi yang tewas....tangan ayah Anda. Saya telah menduga nasib saya akan sama seperti dia. Namun, saya yakin saya tidak akan kehilangan keberanian...membebaskan diri....Anda

18.  Kata depan yang tepat untuk melengkapi paragraf rumpang tersebut adalah...
  1. di, untuk, dari
  2. dari, di, untuk
  3. dari, untuk, dari
  4. untuk, di, dari

Ir. Soekarno seorang...sejati.

19.  Kata berimbuhan asing yang tepat untuk melengkapi kalimat tersebut adalah...
  1. nasional
  2. nasionalis
  3. nasionalisasi
  4. nasionalisme







84
Kesepuluh temanku... Mereka datang kesekolah... Hal ini dilakukan agar prestasi belajar menjngkat. Jika ada waktu luang, mereka... di perpustakaan atau mengamati mading yang ditempel oleh pngurusnya. Usaha mereka tidak sia-sia Saat menerima rapor nilai mereka...

20.  Kata ulang yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah...
  1. pintar-pintar; bersa-sama; melihat-lihat; hebat-hebat
  2. rajin-rajin; pagi-pagi; membaca-baca; bagus-bagus
  3. hebat-hebat; sendiri-sendiri; duduk-duduk; besar-besar
  4. besar-besar; dua-dua; diskusi-diskusi; tinggi-tinggi

(1)                 Adik sedang belajar menulis
(2)                 Paman datang
(3)                 Saya sedang mengerjakan matematika

21.    Kalimat yang tepat hasil penggabungan ketiga kalimat tersebut adalah...
  1. Ketika sedang adik belajar menulis, paman datang dan saya sedang mengerjakan matematika.
  2. Padahal saya sedang mengerjakan matematika, paman datang dan adik sedang belajar menulis.
  3. Bila paman datang, adik sedang belajar menulis dan saya sedang mengerjakan matematika.
  4. Ketika paman datang, saya sedang mengerjakan matematika dan adik belajar menulis.